Perbandingan Tpak Dan Tpt Sebagai Indikator Pembangunan Berkelanjutan: Studi Kasus Kota Magelang Dan Sekitarnya
Oleh: Gisyaila Fitria (Universitas Padjadjaran)
Sering kali kita lupa bahwa di balik setiap data statistik, tersirat adanya cerita nyata. Angka TPAK dan TPT, misalnya, bukan sekedar persentase di atas kertas. Keduanya adalah cerminan dari semangat kerja penduduk kita, sekaligus tantangan yang mereka hadapi setiap hari. Memahami dua angka ini adalah cara paling jujur untuk melihat seberapa sehat denyut nadi ekonomi sebuah daerah.
Artikel ini lahir dari rasa penasaran yaitu ingin melihat lebih dalam data TPAK dan TPT tahun 2018 di Kota Magelang dan sekitarnya. Wilayah ini, dengan segala dinamikanya, punya cerita ketenagakerjaan yang beragam. Mengapa TPAK di satu daerah lebih tinggi dari yang lain? Mengapa tingkat pengangguran di sebuah kota bisa lebih besar dari kabupaten yang mengelilinginya? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang kami ingin ungkap jawabannya. Lewat perbandingan data yang sederhana ini, kami berharap bisa mendapatkan pemahaman yang utuh. Tujuannya adalah untuk mengungkap peluang tersembunyi, menyoroti persoalan yang ada, dan pada akhirnya, memberikan masukan yang bisa menjadi fondasi bagi kebijakan pembangunan yang lebih tepat sasaran. Dengan harapan, setiap langkah yang diambil nantinya dapat membawa kesejahteraan yang merata untuk semua warga di Magelang.
Data penelitian yang digunakan adalah menganalisis data angka, jadi pendekatan yang digunakan sudah pasti kuantitatif. Dan juga ingin memberikan gambaran yang lengkap, maka permasalahan ini menggunakan metode deskriptif untuk menjelaskan data, lalu metode komparatif untuk membandingkan data dari satu wilayah dengan wilayah lainnya. Untuk mendapatkan data, saya tidak turun ke lapangan, melainkan mengandalkan data yang sudah ada dari lembaga resmi. Data ini, yang disebut data sekunder, adalah angka TPAK dan TPT untuk tahun 2018. Sumber utamanya adalah publikasi resmi dari Badan Pusat Statistik (BPS). Mengumpulkan data ini dengan menyisir dokumen-dokumen yang sudah dipublikasikan. Setelah data didapatkan, langsung menganalisisnya. Tahap pertama, menyajikan data TPAK dan TPT ke dalam tabel dan grafik agar lebih mudah dibaca. Setelah itu, membandingkan angka-angka tersebut, khususnya angka dari Kota Magelang, dengan angka-angka dari daerah sekitarnya. Tujuannya adalah untuk melihat di mana posisi Magelang dalam perbandingan tersebut. Tahap terakhir adalah menafsirkan temuan ini, dan mencoba melihat makna di balik setiap angka, lalu menghubungkannya dengan isu pembangunan yang lebih besar untuk mendapatkan kesimpulan yang berbobot.
Hasil Analisis Deskriptif dan Komparatif
Berdasarkan eksplorasi data TPAK dan TPT tahun 2018, diperoleh gambaran yang beragam di seluruh wilayah studi. Data TPAK menunjukkan persentase angkatan kerja yang aktif, sementara TPT mengukur tingkat pengangguran.
Link Data: https://magelangkab.bps.go.id/id/statistics-table/1/NTgwIzE=/tingkat-partisipasi-angkatan-kerja-tpak-dan-tingkat-pengangguran-terbuka-tpt-di-kabupaten-magelang-dan-sekitarnya-2018-.html
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa TPAK Kota Magelang sebesar 68,64% menempatkannya di peringkat ke-4 dari 6 wilayah. Sementara itu, TPT Kota Magelang sebesar 4,88% menempatkannya di peringkat ke-5, yang menandakan tingkat pengangguran yang lebih tinggi dibanding sebagian besar daerah tetangga, terutama Kabupaten Magelang.
Menguak Makna di Balik Angka
Hasil dari analisis data ini memberikan gambaran menarik mengenai dinamika ketenagakerjaan di wilayah studi, yang merupakan cerminan dari kondisi sosial dan ekonomi di lapangan. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kota Magelang yang relatif tinggi (4,88%) dibandingkan Kabupaten Magelang (2,91%) menunjukkan adanya tantangan serius dalam penyerapan tenaga kerja. Kesenjangan ini dapat disebabkan oleh faktor seperti urbanisasi yang meningkatkan persaingan di pasar kerja, serta ketidaksesuaian keterampilan angkatan kerja dengan jenis pekerjaan yang tersedia di sektor dominan kota seperti perdagangan dan jasa.
Di sisi lain, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kota Magelang yang berada di peringkat menengah (68,64%) justru menunjukkan adanya potensi tenaga kerja yang dapat dioptimalkan. Data ini menjadi landasan kuat bagi pemerintah daerah untuk merumuskan kebijakan strategis, tidak hanya fokus pada pertumbuhan ekonomi, tetapi juga pada penciptaan lapangan kerja berkualitas melalui pengembangan program pelatihan vokasi dan insentif bagi sektor padat karya. Secara keseluruhan, perbandingan TPAK dan TPT ini menunjukkan bahwa untuk mewujudkan kesejahteraan merata, kebijakan harus mampu menutup kesenjangan antara ketersediaan tenaga kerja dan permintaan pasar.
Gambar 1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sekitar Magelang, 2018
Dari semua angka yang kita lihat, kondisi dunia kerja di Magelang tahun 2018 menunjukkan ketimpangan yang signifikan. Di satu sisi, banyak warga kota yang ingin mencari pekerjaan (TPAK di tingkat menengah), tetapi di sisi lain, lapangan kerja yang tersedia masih kurang (TPT-nya tinggi). Ini merupakan masalah nyata yang butuh solusi nyata. Oleh karena itu, artikel ini menyarankan agar pemerintah daerah tidak hanya melihat angka-angka tersebut, tetapi juga memahami artinya. Kebijakan yang harus difokuskan untuk mengatasi kesenjangan ini yakni dengan menyelaraskan pendidikan dengan kebutuhan industri, serta mendorong sektor-sektor yang mampu menciptakan banyak lapangan kerja. Dengan langkah-langkah yang tepat, potensi angkatan kerja bisa dimaksimalkan, dan kesejahteraan yang merata bukan lagi sekadar impian.