Mengembalikan Potensi Wisata “China Town” Pecinan Magelang Yang Meredup

Tuesday 2nd of September 2025 12:00:00 AM

Oleh: V. Arnila Wulandani (Trees4Trees Foundation)


Bicara soal Magelang memang tak lepas dari destinasi wisatanya yang beragam. Tak hanya wisata ikonik Candi Borobudur yang dikenal secara internasional sebagai Candi Buddha Mahayana terbesar di dunia, melainkan juga wisata alamnya yang mempesona. Belum lagi, situs-situs sejarah seperti Candi Pawon, Mendut, dan Umbul, museum, beserta wisata religi dan budaya, menambah daftar panjang destinasi wisata di Magelang yang memiliki daya tarik bagi wisatawan. Data BPS Kabupaten Magelang tahun 2023 menunjukkan, setidaknya ada 187 daya tarik wisata termasuk wisata alam, budaya, religi, dan minat khusus yang tersebar di berbagai kecamatan di Kabupaten Magelang. Sedangkan Kota Magelang memiliki 15 destinasi wisata, dilansir dari situs Data Go Magelang Kota tahun 2025 semester pertama. Tahun 2016, saat film Ada Apa Dengan Cinta 2 yang mengambil lokasi syuting di Bukit Rhema dan Punthuk Setumbu booming, kedua lokasi syuting yang terletak tak jauh dari Candi Borobudur itu pun turut booming, meski jauh sebelumnya kedua lokasi tersebut sudah menjadi destinasi wisata. Masa-masa ini juga menjadi titik bermunculannya destinasi-destinasi wisata baru di Magelang yang mendatangkan ribuan wisatawan setiap tahunnya hingga saat ini.



Pemandangan alam Kota Magelang dari gedung perkantoran di Jalan Jenderal Sudirman, Tidar, menyajikan Gunung Merapi dan Gunung Merbabu yang berdampingan


Alun-alun Kota Magelang

 

Sebagai contoh, berdasarkan data BPS Kabupaten Magelang, wisata Bukit Rhema sendiri selama 2023 dikunjungi oleh lebih dari 100,000 wisatawan dan Punthuk Setumbu dikunjungi 62,765 wisatawan. Keduanya mengalami peningkatan kunjungan wisatawan yang cukup signifikan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya pasca pandemi Covid-19. Sedangkan Candi Borobudur yang menjadi wisata unggulan Magelang dikunjungi oleh hampir 1,5 juta wisatawan, baik domestik maupun mancanegara di tahun yang sama. Pada tahun 2024, secara total jumlah wisatawan yang melakukan kunjungan di Kota Magelang lebih dari 850,000 orang dan di Kabupaten Magelang mencapai 2,5 juta orang. Meski mengalami penurunan dibanding tahun 2023 yang mencapai 3,5 juta wisatawan hanya di Kabupaten Magelang saja, jumlah kunjungan wisatawan yang cukup besar ini menjadi pendorong ekonomi lokal baik bagi Kabupaten maupun Kota Magelang.


Sayangnya, gempita pariwisata Magelang justru berkebalikan dengan pesona kawasan Pecinan Kota Magelang yang malah meredup. Padahal, di era 1970 hingga 1980-an, kawasan yang terletak di sepanjang Jalan Pemuda ini menjadi pusat perekonomian dan perdagangan se-Karesidenan Kedu. Kawasan ini memiliki bangunan-bangunan otentik dengan beragam model arsitektur dari berbagai era yang masih bertahan hingga kini, termasuk kelenteng Liong Hok Bio di 0 kilometer Magelang yang berdiri sejak 1864. Pecinan Magelang juga syarat akan sejarah panjang awal kedatangan etnis Tionghoa di Magelang sebagai akibat dari peristiwa Geger Pecinan di Batavia tahun 1700-an. Dengan nilai historis dan budaya yang sedemikian kaya, kawasan Pecinan Magelang punya potensi besar untuk menjadi destinasi wisata China Town seperti di negara tetangga Malaysia, Singapura, dan Thailand.


 

Kelenteng Liong Hok Bio, mewakili ciri khas Pecinan Magelang. Berdiri di jantung Kota Magelang sejak 1864, meski pernah mengalami kebakaran di tahun 2014.


Sayangnya, pasca pandemi, kawasan Pecinan Magelang semakin meredup. Banyak pertokoan yang tutup permanen. Menurut pantauan litbang BorobudurNews, di tahun 2019 saja, setidaknya 30% pertokoan di Pecinan Magelang tutup karena perubahan perilaku konsumen dan diperparah dengan imbas pandemi Covid-19. Di tahun 2021, sebuah inisiatif mendirikan gerbang Bhineka Tunggal Ika yang digagas oleh Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Kota Magelang menjadi oase hidupnya kembali kawasan Pecinan Magelang. Festival pada perayaaan seperti Imlek dan Cap Go Meh pun menghidupkan kembali aura budaya peranakan di kawasan ini.


Salah satu festival rangkaian Hari Raya Imlek di Alun-alun Kota Magelang, menjadi daya tarik tersendiri setiap tahunnya.


Namun, upaya mengembalikan geliat Pecinan Magelang mestinya tak hanya sampai di situ. Perlu penataan apik yang berkelanjutan dan pengemasan konsep budaya yang kuat bernuansa Tionghoa untuk menghadirkan kembali kejayaan China Town Magelang, termasuk menghadirkan pojok-pojok sejarah, budaya, serta yang tak boleh ketinggalan adalah ragam kuliner yang variatif dan otentik. Potensi Pecinan Magelang pun tak hanya soal menghidupkan deretan pertokoan di jalan utama Pemuda yang menurut pantauan google satelit - saat ini kurang lebih berjumlah 126 pertokoan - melainkan juga pertokoan dan kios UMKM di jalan-jalan dan gang-gang sekitar Jalan Pemuda yang memiliki daya tarik tersendiri. Di antaranya, termasuk deretan restoran chinese food di Jalan Daha beserta kuliner malam lumpia basah kaki limanya, Jalan Jenggolo hingga Pasar Tukangan, kuliner UMKM di Jalan Kalingga, serta di gang-gang seperti Lengkongsari yang terkenal dengan bakpao kaki limanya yang legendaris.


Pedestrian Pecinan Magelang yang lengang dengan Gang Lengkongsari di sebelah kiri.


Jalan Pemuda yang dihias lampion. Di sebelah kanan, deretan beberapa toko tampak tutup

Di pertengahan 2025, saat penulis secara sengaja berjalan dari ujung kelenteng Liong Hok Bio hingga perempatan Pasar Rejowinangun, beberapa toko yang semula tutup permanen nampak telah buka kembali, berganti konsep menjadi kafe-kafe kekinian dan toko-toko baru. Sayangnya, tak banyak kuliner otentik khas Tionghoa yang bisa ditemukan di sepanjang jalan utama Jalan Pemuda ini. Padahal, ragam kuliner adalah ciri khas utama sebuah China Town dan merupakan magnet kuat yang bisa menarik wisatawan untuk datang bertandang. Deretan UMKM di jalan dan gang-gang sekitar kawasan Pecinan juga kurang tertata dan terkonsep, sehingga jauh dari aura pecinan. Padahal dengan menambahkan ornamen seperti lampion, lampu-lampu, poster aksara China, warna-warna dan hiasan tematik bernuansa Tionghoa lainnya, serta memperbaharui ornamen-ornamen yang sudah ada secara berkala, bisa menciptakan nuansa China Town yang lebih kental, sehingga menambah semarak dan meningkatkan value sebagai destinasi wisata kota yang syarat budaya Cina peranakan di Jawa Tengah.


Pemandangan malam Pecinan Magelang dari sebuah kedai kuliner chinese food di Jalan Pemuda



Berdasarkan Data Go Magelang Kota, pada tahun 2024, Kota Magelang sendiri memiliki jumlah total pelaku UMKM sebanyak 2,263, dengan 824 pelaku di antaranya berada di Kecamatan Magelang Tengah, termasuk di kelurahan-kelurahan sekitar kawasan Pecinan Magelang. Para pelaku UMKM ini merupakan aset yang dapat diandalkan menjadi salah satu senjata strategi untuk membenahi konsep pecinan. Selain menguatkan konsep pertokoan, UMKM yang ditata dengan konsep menarik di sekitar kawasan tersebut, dapat menjadi daya tarik tersendiri untuk meningkatkan kunjungan wisatawan dan menghidupkan kembali nadi Pecinan Magelang yang melemah.


Meski demikian, upaya untuk meningkatkan semarak kawasan pecinan ini tentu tak akan dapat terealisasi jika tidak didukung oleh kerjasama dan visi yang sejalan dari semua pihak, baik pemerintah, pelaku usaha pertokoan dan UMKM, serta pelaku pariwisata. Pemerintah Kota pun perlu memberikan dukungan permodalan bagi pelaku usaha pertokoan dan UMKM, serta menyediakan pendampingan dalam menyajikan konsep China Town yang matang. Sebaliknya, konsistensi para pelaku usaha dan UMKM juga diperlukan untuk menjaga citra dan konsep China Town agar terus berkelanjutan. Sedangkan pelaku pariwisata bersama dengan pemerintah bertanggung jawab untuk mengundang animo wisatawan baik melalui promosi publikasi maupun penyelenggaraan event rutin yang bisa disesuaikan dengan momentum liburan atau momentum khusus lainnya.


 

Gapura Bhineka Tunggal Ika, didirikan di sebelah Kelenteng Liong Hok Bio menjadi gerbang kawasan pertokoan Pecinan Magelang



Proyek The Aloon-aloon Magelang yang masih dalam proses pembangunan


Dengan lebih dari 3 juta kunjungan wisatawan setiap tahunnya, ditambah dengan pembangunan komplek pusat perbelanjaan dan hotel modern, The Aloon-aloon Magelang, yang saat ini tengah berjalan dan ditargetkan rampung sebelum akhir tahun 2025, kawasan Pecinan Magelang memiliki potensi daya tarik yang besar untuk menggiring wisatawan datang berkunjung dan berjalan di pedestrian pertokoan tua sepanjang 800 meter di Jalan Pemuda, merasakan vibe klasik, dan menikmati makanan otentik ala Tiongkok di Jawa Tengah, sehingga menghidupkan kembali semarak kawasan pecinan ini, serta meningkatkan roda perekonomian Kota Magelang. Jika The Aloon-Aloon menawarkan pengalaman wisata kota yang modern bagi pengunjung, Pecinan Magelang akan melengkapi pesona Kota Magelang dengan pengalaman wisata budaya, sejarah, kuliner, dan pengalaman berbelanja konvensional.


Menghidupkan kembali gempita kawasan Pecinan Magelang juga sama artinya membuka potensi pariwisata dan ekonomi Kota Magelang secara umum. Data BPS per Desember tahun 2024 menunjukkan bahwa persentase hunian hotel di Kota Magelang, rata-rata lama tamu menginap hanya 1.26 hari. Dapat disimpulkan bahwa Magelang tidak menjadi tujuan utama kunjungan wisata long stay.


Festival Cap Go Meh di Pecinan Magelang menjadi daya tarik tahunan, menghadirkan berbagai kesenian khas Tionghoa dan UMKM yang menjajakan makanan, obat, dan pakaian.
 

Kembalinya China Town Pecinan Magelang yang bersinar tentu akan menambah variasi daya tarik wisata kota di Kota Magelang selain Bukit Tidar, Taman Kyai Langgeng, dan wisata arung jeram yang saat ini menjadi andalan. Dengan demikian, Kota Magelang tidak hanya sekedar menjadi kota transit bagi wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta maupun Kabupaten Magelang, namun benar-benar berdiri sebagai destinasi wisata tujuan tersendiri yang menawarkan keindahan perkotaan dengan pemandangan gugusan lima gunungnya, budaya dan sejarahnya yang kental, serta kulinernya yang variatif dan otentik. Dengan demikian, membuat pengunjung betah tinggal berlama-lama untuk mengeksplorasi lebih dalam wisata kota Magelang.


Ketika suatu malam penulis duduk di satu-satunya kedai mi ayam dengan citarasa Tiongkok di Jalan Pemuda, penulis membayangkan seandainya kawasan ini memiliki vibe China Town yang lebih semarak, betapa menyenangkannya menghabiskan malam di sepanjang Pecinan Magelang ini. Bayangkan saja, kita sebagai wisatawan, duduk bersantai di salah satu restoran Cina di Jalan Pemuda, menyeruput teh hangat dengan dim sum dan mi ayam pangsit, sambil menikmati atmosfer pecinan di malam hari. Menikmati pendar-pendar lampion dan lalu lalang kendaraan di tengah dinginnya udara malam Magelang. Tentu menjadi pengalaman tak terlupakan bagi siapapun yang singgah di Kota Magelang!