Menenun Harapan: Kota Magelang Berdikari Melalui Fondasi Data
Oleh: Muttamimal Khalimah (Universitas Tidar)
Kota Magelang, kota mungil di jantung Jawa Tengah, yang memiliki luas 18,12 km2 (Pemkot, 2025) meskipun di anggap mungil namun kota ini memiliki potensi besar yang kerap tersembunyi di balik ketenangannya. Pada era digital, data bukan lagi hanya sekadar angka melainkan benang-benang yang mampu menenun harapan masyarakat menjadi nyata. Bagaimana jika pembangunan berangkat dari data, bukan hanya sekedar wacana? Inilah yang menjadi inspirasi di balik kalimat “Menenun Harapan: Kota Magelang Berdikari Melalui Fondasi Data.”
Berdasarkan data yang terlampir pada BPS Kota Magelang per tahun 2024, total penduduk tercatat 128.590 jiwa (Databoks, 2024). Dan perlu kita amati bahwa populasi dengan usia produktif (15–59 tahun) mendominasi dengan 65,2% atau sekitar 83.841 jiwa (Databoks, 2025). Ini bukan sekadar angka—melainkan potensi besar untuk mendorong inovasi, kewirausahaan, dan tenaga kerja kreatif. Dominasi penduduk usia produktif ini bukan sekadar potensi statistik, melainkan aset strategis yang dapat diarahkan untuk memperkuat daya saing Kota Magelang. Hal ini juga di dukung pembahasan yang ada di penelitian yang di lakukan oleh (Purba et al., 2024) mendorong kewirausahaan di kalangan penduduk usia produktif dapat menjadi motor pertumbuhan ekonomi yang kuat. Pada tahun 2024, ekonomi Kota Magelang mengalami peningkatan pertumbuhan sebesar 5,56%, tentu hal tersebut menjadi sinyal positif di tengah tantangan global ekonomi (BPS Kota Magelang, 2025). Pertumbuhan ekonomi tersebut tentu di dukung oleh beberapa factor salah satunya yaitu, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp 11.821,94 miliar, sedangkan atas dasar harga konstan (2010) sebesar Rp 7.668,79 miliar (BPS Kota Magelang, 2025). Dari sisi sektor ekonomi, Industri Pengolahan menjadi tumpuan penggerak (kontribusi 16,49%), dan Konsumsi Rumah Tangga menjadi motor utama dari sisi pengeluaran (kontribusi 56,15%) (BPS Kota Magelang, 2025). Dengan kontribusi industri pengolahan dan konsumsi rumah tangga yang tinggi, peran tenaga kerja produktif menjadi kunci dalam menjaga keberlanjutan pertumbuhan.
Pemanfaatan populasi produktif akan semakin efektif apabila ditopang oleh transformasi digital, misalnya melalui optimalisasi aplikasi Magelang Cerdas sebagai sarana pengembangan keterampilan, akses informasi usaha, dan partisipasi masyarakat dalam tata kelola kota. Perlu di ketahui Kota Magelang meluncurkan layanan terpadu yang bernama “Magelang Cerdas” sejak 2017. Aplikasi ini memiliki tujuan untuk mengintegrasikan layanan dari berbagai OPD dalam satu platform—sebuah upaya memperkuat transparansi dan pelayanan publik (BPS Kota Magelang, 2025). Meskipun evaluasi detail penggunaannya belum dipublikasikan, hadirnya platform ini menunjukkan arah pemerintah kota yang serius memperkuat tata kelola berbasis data, namun sudah ada beberapa penelitian terkait aplikasi ini yaitu salah satunya penelitian yang di lakukan oleh (Febrianti et al., 2023) inovasi digital seperti aplikasi Magelang Cerdas belum optimal dalam menjangkau komunitas luas—hanya sekitar 2% penduduk yang menggunakan aplikasi tersebut, meskipun telah memperoleh beberapa penghargaan sebagai bagian dari strategi smart city. Rendahnya tingkat pemanfaatan aplikasi Magelang Cerdas menjadi tantangan tersendiri, sebab kelompok usia produktif yang mendominasi penduduk Kota Magelang sebenarnya merupakan segmen paling potensial dalam mengadopsi layanan digital. Ketidakoptimalan ini menunjukkan adanya kesenjangan antara potensi demografi dengan instrumen digital yang telah disediakan pemerintah. Jika potensi usia produktif ini dapat diarahkan untuk lebih aktif menggunakan dan mengembangkan aplikasi tersebut, maka transformasi digital tidak hanya memperkuat pelayanan publik, tetapi juga mampu membuka peluang pengembangan keterampilan, kewirausahaan, dan partisipasi masyarakat dalam tata kelola kota.
Rendahnya pemanfaatan Magelang Cerdas mencerminkan adanya celah serius dalam strategi pembangunan berbasis data di Kota Magelang. Jika kondisi ini dibiarkan, maka potensi bonus demografi yang dimiliki—lebih dari 65% penduduk berada pada usia produktif—akan terbuang sia-sia tanpa menghasilkan daya dorong nyata bagi pertumbuhan ekonomi dan kualitas tata kelola kota. Seperti ditegaskan oleh Nurmandi & Kim (2020), kegagalan mengintegrasikan partisipasi masyarakat usia kerja dalam ekosistem kota cerdas berisiko memperlebar kesenjangan digital dan menurunkan efektivitas pelayanan publik. Artinya, permasalahan ini bukan sekadar tantangan teknis, tetapi isu strategis yang harus segera ditindaklanjuti melalui kebijakan literasi digital, insentif adopsi teknologi, serta penguatan kapasitas sumber daya manusia produktif.
Kondisi ini jelas menandakan bahwa Kota Magelang tengah menghadapi tikungan penting dalam perjalanan pembangunan. Meskipun mayoritas penduduknya berada pada usia produktif—sebuah modal demografi yang berharga—namun rendahnya adopsi aplikasi Magelang Cerdas memicu risiko bahwa momentum demografi ini cuma akan menjadi statistik kosong. Dalam konteks nasional, bonus demografi hanya bisa berbuah jika disertai inklusi finansial dan digital (Yusa et al., 2025). Gagal memanfaatkan potensi ini bisa menghambat pertumbuhan ekonomi sekaligus memicu serangkaian masalah sosial—sebuah realitas yang telah diungkap dalam banyak kajian tentang kewaspadaan terhadap bonus demografi (Sukmatika, 2025. Lebih dari itu, dalam upaya menciptakan pemerintahan berorientasi data, tantangan justru muncul dari rendahnya infrastruktur kebijakan dan budaya data di tingkat lokal—seorang peneliti menyebut bahwa arsitektur data yang kuat, budaya data, dan kapabilitas analisis adalah fondasi, namun seringkali terganjal oleh lemahnya regulasi dan resistensi tradisi birokrasi (Sayogo et al., 2024).
Jika masalah ini tidak segera dihadapi dengan strategi terarah, Kota Magelang akan kehilangan kesempatan untuk benar-benar menenun harapan lewat fondasi data yang selama ini sudah dibentuk. Karena itu, pendekatan yang cepat, inklusif, dan data-driven bukan lagi sekadar opsi—melainkan kewajiban strategis yang harus ditindaklanjuti dengan keberanian dan perencanaan matang. Memasuki tahap strategi, Pemerintah Kota Magelang sejatinya telah menggulirkan berbagai program kerja yang dapat menjadi fondasi penguatan pembangunan berbasis data. Selain inovasi digital melalui aplikasi Magelang Cerdas, terdapat pula proker lain seperti pengembangan UMKM kreatif, peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan vokasi, serta penguatan infrastruktur ramah lingkungan. Seluruh program ini saling melengkapi, di mana Magelang Cerdas berperan sebagai pusat integrasi data dan layanan, sedangkan program pemberdayaan ekonomi dan pendidikan menjadi motor penggerak agar potensi usia produktif dapat benar-benar dioptimalkan. Menurut Afrilia et al. (2024), keterpaduan antara inovasi digital dan pemberdayaan sosial-ekonomi merupakan kunci bagi daerah untuk mengakselerasi pertumbuhan sekaligus menciptakan tata kelola kota yang inklusif. Dengan demikian, strategi pembangunan Kota Magelang ke depan harus menempatkan Magelang Cerdas sebagai poros utama, dengan didukung oleh proker lain yang mampu memperkuat ekosistem sosial, ekonomi, dan lingkungan kota.
Selain program kerja dan kebijakan pemerintah yang telah dijalankan, saya menilai bahwa masih terdapat ruang strategis yang dapat diperkuat melalui pendekatan langsung kepada masyarakat. Beberapa strategi pribadi yang disarankan antara lain:
Peningkatan literasi digital secara komunitas
Mengingat rendahnya tingkat penggunaan aplikasi Magelang Cerdas, perlu adanya gerakan literasi digital berbasis komunitas, misalnya melalui pelatihan singkat di kelurahan, forum RT/RW, atau komunitas pemuda. Pendekatan ini lebih mudah diterima masyarakat karena dilakukan dalam lingkup kecil dan akrab.
Progam mentor local untuk generasi produktif
Dibutuhkan wadah yang mempertemukan generasi produktif dengan praktisi atau pelaku usaha lokal yang berpengalaman. Dengan begitu, masyarakat tidak hanya mengandalkan platform digital, tetapi juga memperoleh transfer pengetahuan secara langsung dari tokoh masyarakat yang sukses.
Penguatan Ekonomi Kreatif Berbasis Potensi Lokal
Strategi ini menekankan pada pemanfaatan keunggulan khas Magelang, seperti pariwisata, kuliner, dan kerajinan. Generasi produktif dapat didorong untuk menciptakan produk bernilai tambah yang kemudian dipasarkan melalui platform digital maupun marketplace.
Gerakan Partisipasi Sosial Berbasis Data
Populasi produktif juga dapat diarahkan untuk menjadi aktor aktif dalam pengumpulan dan penggunaan data pembangunan. Misalnya, mereka dapat dilibatkan sebagai relawan digital yang membantu pemetaan kebutuhan warga di lingkungannya masing-masing, kemudian diintegrasikan dengan aplikasi Magelang Cerdas.
Strategi-strategi yang diajukan penulis bukan sekadar alternatif, tetapi merupakan titik krusial dalam mengoptimalkan potensi populasi produktif di Kota Magelang. Tanpa langkah nyata yang melibatkan masyarakat secara langsung, berbagai kebijakan pemerintah akan sulit mencapai sasaran maksimal. Sejalan dengan temuan Prasetyo & Sutopo (2018), keberhasilan implementasi smart city tidak hanya bergantung pada teknologi, tetapi juga pada partisipasi aktif masyarakat sebagai subjek pembangunan. Dengan demikian, strategi yang menggabungkan kebijakan top-down dari pemerintah dan inisiatif bottom-up dari masyarakat akan membentuk siner gi kuat. Kombinasi ini diyakini mampu mempercepat transformasi digital, memperkuat daya saing ekonomi, serta menciptakan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan di Kota Magelang.
Dengan melihat kompleksitas permasalahan sekaligus peluang besar yang dimiliki, jelas bahwa judul ini bukan hanya relevan, tetapi juga sangat urgen untuk diangkat—karena melalui pemanfaatan populasi produktif dan transformasi digital, arah pembangunan Kota Magelang benar-benar dapat ditentukan. Di sinilah arti kata menenun: setiap kebijakan, setiap strategi, dan setiap partisipasi warga ibarat benang-benang yang dijalin bersama, membentuk pola yang utuh dan berarti. Setiap langkah kecil, setiap inisiatif kreatif dari masyarakat, dan setiap inovasi digital yang dijalankan pemerintah menjadi simpul penting dalam jalinan ini.
Semoga benang-benang ini bukan sekadar angka atau wacana, melainkan menjadi kenyataan yang nyata, membentuk fondasi kuat bagi Kota Magelang untuk berdikari, cerdas, dan inklusif. Benang-benang ini akan menuntun setiap generasi produktif untuk mengambil peran aktif dalam pembangunan, mendorong inovasi, memperkuat ekonomi lokal, dan memperluas partisipasi publik. Dengan sinergi antara kebijakan pemerintah, inisiatif masyarakat, dan potensi demografis yang ada, Kota Magelang diharapkan mampu menenun harapan menjadi kenyataan, menciptakan masa depan yang berkelanjutan, adil, dan penuh peluang bagi seluruh warganya.