Memotret Potensi Kota Magelang Dalam Angka

Tuesday 2nd of September 2025 12:00:00 AM

Oleh: Rojani, S.ST, M.M (BPS Provinsi Kepulauan bangka Belitung)


Kota Magelang, meskipun berukuran kecil secara geografis, menyimpan banyak cerita termasuk cerita yang dapat dibaca dari angka. Dalam artikel populer ini kita menelisik potensi Kota Magelang melalui data terbaru: penduduk, kualitas hidup, pasar tenaga kerja, kemiskinan, dan sektor-sektor yang menjadi motor pertumbuhan. Tujuan penulisan ini adalah menjelaskan dalam bahasa yang mudah dicerna bagaimana angka-angka tersebut menggambarkan peluang dan tantangan bagi pengembangan kota. Kota Magelang adalah kota kecil dengan denyut ekonomi dan sosial yang dinamis di jantung Jawa Tengah. Meski areanya terbatas, membuatnya kerap disebut “kota di dalam kabupaten”. Indikator-indikator pembangunannya mencerminkan kapasitas yang jauh melampaui skala geografisnya. Di bagian akhir, disertakan rekomendasi singkat yang bisa menjadi bahan diskusi pemangku kepentingan.



Dari Sisi Demografi: Kota Kecil, Populasi Stabil, Bonus Usia Produktif

Berdasarkan proyeksi penduduk oleh BPS, jumlah penduduk Kota Magelang menunjukkan tren stabil dan cenderung naik tipis, sekitar 121.580 jiwa pada 2021 menjadi 122.460 jiwa pada 2024. Stabilitas ini penting karena memungkinkan perencanaan layanan publik yang lebih presisi dari kebutuhan sekolah hingga fasilitas kesehatan. Lebih penting lagi adalah struktur umur. Pada tahun 2024 sekitar 65,2% penduduk berada pada kelompok usia produktif (15–59 tahun), sementara penduduk usia 0–14 tahun mencapai sekitar 19% dan penduduk usia 60 tahun ke atas sekitar 15,8%. Komposisi ini menunjukkan peluang besar untuk memanfaatkan bonus demografi melalui kebijakan ketenagakerjaan dan pengembangan keterampilan.  Data demografi seringkali terasa “kering”, tetapi jika kita melihatnya sebagai modal manusia maka tampilannya berubah. Mayoritas penduduk berada pada usia yang dapat bekerja dan berinovasi. Tantangannya adalah mengarahkan tenaga kerja tersebut ke sektor-sektor bernilai tambah bukan hanya padat karya semata supaya produktivitas per pekerja meningkat dan pendapatan rumah tangga naik. 


Sumber: BPS Kota Magelang Sumber: BPS Kota Magelang 

 

Ekonomi dan PDRB: Tumbuh Lebih Cepat, Skala Ekonomi Menguat

Ekonomi Kota Magelang pada 2024 tumbuh sebesar 5,56%. Sedikit lebih cepat dibanding 2023 yakni sebesar 5,45%. Dari sisi ukuran, besaran PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) mencapai Rp11,82 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan (ADHK 2010) mencapai Rp7,67 triliun. Laju pertumbuhan yang positif ini menandakan pemulihan yang berlanjut dan penguatan permintaan domestik lokal. 


Sumber: BPS Kota Magelang

      

Mengingat karakter Kota Magelang yang dikenal sebagai kota jasa, penguatan UMKM, hospitality, dan ekonomi kreatif akan menghasilkan spillover ke sektor perdagangan dan transportasi. Peningkatan PMTB melalui perbaikan iklim investasi, kemudahan perizinan, serta ketersediaan lahan produktif yang efisien akan memperkuat basis pertumbuhan jangka menengah. Menggarap ekonomi malam (night-time economy) dan event-based tourism (pameran, festival, MICE) berpotensi memperluas durasi belanja wisatawan lintasan (Magelang kerap jadi gerbang menuju destinasi besar di sekitarnya).


Kualitas Hidup (IPM): Kategori “Sangat Tinggi” dan Meningkat

Beranjak ke kualitas hidup, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Magelang pada 2024 mencapai angka yang mengesankan: 82,15, naik dibanding tahun sebelumnya. Dengan nilai ini kota Magelang masuk pada kategori IPM sangat tinggi. Ini mengindikasikan capaian yang baik pada dimensi pendidikan, kesehatan, dan standar hidup. IPM yang kuat merupakan magnet bagi pelaku usaha dan investor yang mencari tenaga kerja terdidik serta pasar yang memiliki daya beli relatif stabil. Bagi warga lokal, IPM tinggi berarti peluang akses layanan dasar yang lebih baik. Dari pelayanan kesehatan hingga fasilitas pendidikan.  

 

Sumber: BPS Kota Magelang


Ketenagakerjaan: Pengangguran Turun Jauh dari Masa Pandemi

Dari sisi pasar tenaga kerja menunjukkan perbaikan yang nyata sejak pascapandemi. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 2024 sebesar 4,40%, turun 0,85 poin dari 2023 (5,25%) dan turun tajam 4,19 poin dibanding 2020 (8,59%). Penurunan TPT adalah sinyal bahwa perekonomian lokal mampu menyerap tenaga kerja kembali, termasuk tenaga kerja informal yang selama pandemi terdampak sangat parah. Namun, struktur ketenagakerjaan Kota Magelang masih banyak didominasi oleh pelaku usaha mikro dan pekerja mandiri. Ini adalah pedang bermata dua. UMKM menyerap banyak tenaga kerja, tetapi seringkali memiliki produktivitas rendah dan rentan terhadap guncangan ekonomi.  


Sumber: BPS Kota Magelang

 

Kemiskinan: Terendah Ketiga di Jawa Tengah, Turun Konsisten

Pada Maret 2024, persentase penduduk miskin Kota Magelang sebesar 5,94%, turun 0,17 poin persen dibandingkan Maret 2023. Jumlah penduduk miskin sekitar 7,25 ribu orang. Garis Kemiskinan pada Maret 2024 sebesar Rp626.614/kapita/bulan. Capaian angka kemiskinan sebesar 5,94% menempatkan Kota Magelang sebagai wilayah dengan kemiskinan terendah ketiga di Jawa Tengah di bawah Kota Semarang dan Kota Salatiga. Keberhasilan menurunkan kemiskinan di kota kecil seperti Magelang lazimnya berkaitan dengan: (1) akses layanan dasar yang relatif dekat dan berkualitas, (2) struktur ekonomi jasa dengan hambatan masuk lebih rendah bagi pelaku usaha mikro, (3) jejaring sosial dan komunitas yang padat (urban compactness). Namun, ujian berikutnya adalah mendorong mobilitas naik kelompok hampir miskin (near-poor) agar tidak mudah kembali jatuh miskin saat terjadi guncangan harga (misalnya kenaikan harga beras) atau gangguan pendapatan. Lantas sektor mana yang menjadi motor pertumbuhan? 


Sumber: BPS Kota Magelang


Sektor Unggulan dan Peluang Nilai Tambah

Ada 3 sektor unggulan Kota Magelang yaitu:

Perdagangan & Jasa Modern. Kota Magelang berada di poros arus barang/layanan antara destinasi-destinasi wisata besar di sekitarnya. Ini menjadikan perdagangan, akomodasi-makan minum, transportasi, dan informasi-komunikasi sebagai kandidat sektor unggulan.

Pendidikan & Kesehatan. Sebagai kota jasa, keberadaan perguruan tinggi, sekolah, dan fasilitas kesehatan menguatkan peran jasa pendidikan dan kesehatan dalam PDRB. Keduanya juga menopang capaian IPM yang sangat tinggi; sinergi antara kualitas SDM dan kinerja sektor jasa publik/privat menjadi ciri khas kota ini. 

Ekonomi Kreatif & Pariwisata Kota. Event berbasis komunitas, pameran, festival kuliner, dan kegiatan MICE skala kota dapat memperpanjang durasi tinggal serta meningkatkan belanja wisatawan lintasan, yang pada gilirannya memperkuat sektor perdagangan, transportasi, dan akomodasi. 

 

Menjaga Daya Beli dan Inflasi: Agenda Mikro yang Makro

Keberhasilan menekan kemiskinan ke angka 5,94% tidak boleh membuat kewaspadaan terhadap gejolak harga pangan kendor. Kota dengan pasar ritel padat sangat sensitif terhadap fluktuasi harga bahan pokok. Karena itu, penguatan operasi pasar, digitalisasi pemantauan harga harian, dan logistik pangan di tingkat kota perlu terus diakselerasi. Dengan proporsi usia produktif 65,2%, menjaga daya beli rumah tangga produktif tidak hanya relevan bagi kesejahteraan, tetapi juga stabilitas permintaan domestik yang menjadi motor PDRB. 


Tantangan Struktural: Ruang, Produktivitas, dan Konektivitas

Ruang terbatas merupakan tantangan klasik Kota Magelang. Untuk mengakselerasi pertumbuhan di atas 5,5% secara berkelanjutan, strategi intensifikasi lahan (redevelopment kawasan, mixed-use), transportasi perkotaan yang efisien, serta integrasi dengan hinterland (Kabupaten Magelang dan koridor Kedu) menjadi kunci. Pendekatan ekonomi wilayah fungsional bukan sekadar batas administrasi akan mengoptimalkan arus komuter, jaringan pasok, dan pasar tenaga kerja. Di sisi produktivitias UMKM, data ketenagakerjaan menunjukkan porsi pekerja mandiri/pekerja keluarga yang besar. Program peningkatan keterampilan (upskilling/reskilling), adopsi digital (POS, pembukuan digital, e-commerce), serta inkubator bisnis lokal akan membantu pelaku usaha naik kelas dan memperkuat ketahanan terhadap guncangan eksternal. 

 

Data Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa potensi Kota Magelang Dalam Angka sebagai berikut:

1)     Demografi menguntungkan: Populasi stabil dan dominasi usia produktif (65,2%) merupakan window of opportunity bagi kebijakan pasar kerja dan kewirausahaan.

2)     Ekonomi menguat. Pertumbuhan 2024 sebesar 5,56% dengan PDRB ADHB Rp11,82 triliun; ruang untuk memperbesar investasi (PMTB) masih terbuka. 

3)     Kualitas hidup unggul: IPM 2024 mencapai 82,15 (kategori sangat tinggi) menjadi daya tarik bagi investor sektor jasa bernilai tambah tinggi.

4)     Pengangguran turun tajam: TPT 2024 sebesar 4,40% (turun dari 5,25% di 2023 dan 8,59% di 2020). 

5)     Kemiskinan menurun menjadi 5,94% pada Maret 2024 dengan sekitar 7,25 ribu penduduk miskin termasuk terendah ketiga di Jawa Tengah. 

 

Berdasarkan kesimpulan di atas dapat diberikan rekomendasi sebagai berikut:

1)     Dorong investasi padat karya bernilai tambah di sektor jasa modern (logistik last-mile, layanan kesehatan berstandar tinggi, edutech, dan hospitality). Kolaborasikan insentif daerah dengan penyediaan talenta lokal (SMK/PT) dan inkubator. 

2)     Naikkan produktivitas UMKM melalui digitalisasi, akses pembiayaan berbasis data (credit scoring), dan kurikulum pelatihan yang ditautkan ke rantai pasok ritel modern.

3)     Perkuat tata ruang & konektivitas. Redevelop kawasan strategis menjadi mixed-use, benahi angkutan kota, dan integrasikan pergerakan komuter-hinterland agar pasar tenaga kerja dan jaringan pasok makin efisien. 

4)     Ketahanan pangan & daya beli. Sistem peringatan dini kenaikan harga, koordinasi pasokan lintas wilayah, dan ekspansi operasi pasar untuk menahan lonjakan inflasi pangan yang rawan memukul rumah tangga near-poor.

 

Potret Kota Magelang dalam angka menunjukkan fundamental yang sehat. Kualitas hidup sangat tinggi dengan IPM mencapai 82,15. Tingkat pengangguran menurun, kemiskinan terus terkendali, dan ekonomi tumbuh di atas 5,5% per tahun. Dengan komposisi usia produktif yang dominan, penguatan ekosistem UMKM dan jasa modern, serta penataan ruang konektivitas akan menjadi tiga tuas utama untuk mengonversi capaian statistik menjadi nilai tambah ekonomi yang lebih merata. Kota kecil ini punya “otot” data yang kuat dan ketika data diintegrasikan ke kebijakan, Magelang dapat melompat dari kota jasa yang nyaman menjadi kota jasa yang kompetitif di lingkup regional Jawa Tengah bahkan pada level nasional.