Membangun Kota Magelang Dengan Data: Menuju Kota Cerdas, Inklusif, Dan Sejahtera

Wednesday 3rd of September 2025 12:00:00 AM

Oleh: Pamudji (Kelompok Informasi Masyarakat Kota Magelang)



Membangun Kota tidak hanya semata infrasurtuktur fisik saja, namun juga membangun kualitas hidup warganya ditingkatkan secara terukur. Kota Magelang menunjukkan komitmen dalam menjadikan data sebagai fondasi kebijakan publik. Setiap intervensi pembangunan diarahkan agar berlandaskan pada data statistik yang akurat. Artikel ini membahas tentang bagaimana data dapat menjadi ‘roadmap’ pembangunan Kota Magelang ke masa depannya. Pembahasan menggunakan pendekatan SCORE Pattern – Symtoms, Cause, Outcome, Resurces, Effect.

 
Symtoms (Gejala: Tantangan yang tampak terlihat)
Kota Magelang adalah kota kecil yang hanya memiliki luas 18,56 km2. Namun demikian, Kota ini memiliki potensi yang luar biasa banyak di berbagai sektor. Namun, ada sejumlah gejala yang mengindikasikan bahwa potensi ini belum diberdayakan secara optimal. Hal ini dapat ditengarai dengan adanya:

·        Pengangguran yang masih tetap ada, meskipun tingkat pendidikan masyarakat di Kota Magelang relatif baik.

·        UMKM dan Sektor Wisata belum berkembang maksimal, padalah potensi ini sangat besar.

·        Ketimpangan Sosial masih terjadi di beberapa kelurahan.
·        Pengambilan kebijakan masih dominan berbasis intuisi, bukan berbasis data obyektif.

·        Layanan publik belum efisien dan transparan, meskipun data sudah tersedia.

Walaupun data tersedia, penggunaanya dalam proses perencanaan dan evaluasi kebijakan masih nampak belum maksimal. Data tersebut masih tersebar di berbagai Organisasi Perangkan Daerah (OPD), belum terintegrasi secara solid, serta belum menjadi budaya dalam tata kelola pemerintahan yang sitematis.



Causes (akar masalah)
Dibalik gejala-gejala yang muncul itu, terdapat sejumlah penyebab yang merupakan akar masalah. Akar permasalahan ini – bila tidak diatasi – akan memberikan dampak terhadap tata kelola pemerintahan dan kesejahteraan masyarakat. Berikut ini, uraian tentang alasan dan dampak yang dimaksut:

Data terpisah dan tidak terintegrasi.
Setiap OPD cenderung bekerja dengan datanya masing – masing tanpa mekanisme yang mengintegrasikan dengan data-data antar sector. Sehubungan dengan tidak adanya “satu sumber data yang sahih” mengakibatkan perencanaan kebijakan menjadi tidak sinkron.

Rendahnya Literasi Data
Masih banyak para pengambil keputusan – baik di tingkat kelurahan, kecamatan, maupun tingkat Kota – belum familier menggunakan data sebagai dasar dalam merancang kebijakan. Data masih dipandang sebagai pelengkap laporan, bukan sebagai fondasi perencanaan. Rendahnya literasi data ini menyebabkan keputusan cenderung bersifat intuitif, reaktif, atau mengikuti pola lama yang sudah biasa dilakukan. Hal yang demikian ini membuat alokasi anggaran tidak optimal dan program sering kali tidak memenuhi kebutuhan nyata masyarakat.

Minimnya Komunikasi data Publik
Kota Magelang, melalui Badan Pusat Statistik (BPS), telah menerbitkan dan mempublikasikan Magelang dalam Angka, setiap tahun. Namun penyajian data masih teknokratis dan kaku. Minimnya konteks naratif dan visualisasi, menjadikan data tersebut sulit difahami oleh masyarakat umum. Ketika masyarakat tidak memahami data, maka mereka tidak terdorong untuk berperan aktif dalam proses pembangunan. Hal ini mengakibatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan menjadi rendah.

Kelemahan Regulasi Data Terpadu.
Pemerintah Kota Magelang telah mengadopsi kebijakan nasional Satu Data Indonesia, namun regulasi untuk mendukung penguatan tata kelola data masih perlu terus menerus diupayakan soliditasnya. Belum semua OPD memiliki Standar Operasional Prosedure (SOP) sharing data, standar meta data, maupun system managemen data yang terintegrasi. Tanpa regulasi yang jelas, pengelolaan data sering tergantung pada niat baik personal antar pejabat atau pimpinan OPD. Hal ini menjadikan tatakelola data tidak konsisten dan rawan terhenti, terhambat ketika terjadi pergantian pejabat. Selain itu, peluang untuk menjadikan data sebagai kekuatan utama dalam pembangunan menjadi kurang lancar.


Akar masalah tersebut diatas saling berkaitan dan saling memperkuat. Ketika data tidak terintegrasi, ditambah rendahnya literasi, lemahnya komunikasi publik, serta tidak adanya regulasi data terpadu, maka pembangunan menjadi tidak presisi. Oleh sebab itu, penguatan fondasi tata kelola data menjadi prasyarat mutlak untuk menjadikan Kota Magelang sebagai kota cerdas yang tanggap, transparan, dan partisipatif.



Outcomes (Tujuan yang Ingin Dicapai)
Dengan strategi Pembangunan yang didasarkan pada tata kelola data yang baik, terbuka dan terintegrasi, Kota Magelang dapat meraih sejumlah tujuan strategis, sebagai berikut:
Kebijakan yang Tepat Sasaran
Kebijakan publik disusun berdasar data yang real-time dan tren sektoral yang dapat di verifikasi, bukan atas dasar intuisi dan atau kebiasaan lama yang sering dilakukan.

Layanan Publik yang Transparan dan Efisien
Pelayanan masyarakat dilakukan secara digital, terbuka dan dapat dipantau secara langsung melalui platform data publik.

Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Bukti
Warga mendapatkan akses dan pemahaman terhadap data yang relevan dengan wilayahnya, sehingga warga mampu merancang solusi dan ikut berkontribusi aktif dalam pembangunan yang berada diwilayahnya.

Indikator Pembangunan Terukur
Setiap program pembangunan dapat dievaluasi dampaknya melalui indikator yang terukur, seperti Indeks Kebahagiaan, Tingkat Kemiskinan, Pertumbuhan Ekonomi, dan yang lainnya.

Kota Magelang sebagai Kota Model Berbasis Data
Kota Magelang menjadi pelopor di antara Kota kecil/menengah di Indonesia dalam menerapkan prinsip Pembangunan Berbasis Data dan Pemerintahan yang terbuka. Ketika data menjadi petunjuk arah dalam pengambilan kebijakan, maka pembangunan menjadi terukur, partisipatif dan adaptif.



Resources (Sumber Daya yang Dimiliki)
Kota Magelang tidak memulai dari nol, melainkan telah memiliki sumber daya strategis. Sumber daya ini merupakan fondasi yang kokoh, yang jika dioptimalkan, sangat mendukung terjadinya percepatan transformasi menuju Kota Berbasis Data. Berikut ini uraian asset yang dimiliki beserta kontribusinya dalam rangka percepatan meraih tujuan (Outcomes).

Data statistik terbaru
Penduduk Kota Magelang berjumlah 128.729 jiwa, dengan pertumbuhan tahunan 1,04%. Usia produktif (15 – 59 tahun) sebanyak 65,2% atau sekitar 83.841 orang. Sedangkan tingkat kemiskinanya adalah 5,94% dengan garis kemiskinan Rp.626.614/kapita/bulan. Dengan komposisi penduduk usia produktif yang dominan, Kota Magelang memiliki peluang besar dalam menciptakan kebijakan ketenagakerjaan berbasis data (outcome 1) dan pemberdayaan masyarakat (outcome 3).

Profil Pendidikan
Di Kota Magelang, lulusan pendidikan tinggi (D1 – S3) sebanyak 15,06%. Lulusan S1: 10,52% . Mayoritas lulusan SMA sebanyak 33,07%, sedagkan lulusan SMP sejumlah 14,5% dan lulusan SD sebanyak 14,01%. Data ini sangat penting untuk merencanakan program pendidikan vokasi dan literasi digital yang tepat sasaran dan memperkuat kebijakan tepat guna (outcome 1) dan indikator pembangunan yang terukur (outcome 4).

Potensi Ekonomi
Produk Domistik Regional Bruto (PDRB) Kota Magelang tahun 2024 sebesar Rp 11.821,94 miliar, dengan pertumbuhan sebesar 5,56%. Sedangkan Industri Pengolahan sebesar 16,49% dari PDRB, dan Konsumsi rumah tangga sebesar 56,15% dari PDRB. Data ini menunjukkan stabilitas ekonomi local, dengan kontribusi signifikan dari sector UMKM dan konsumsi. Sektor ini dapat menjadi target intervensi berbasis data guna meningkatkan produktivitas (outcome 1 dan 5).

Komitmen Tata kelola Data
Di Kota Magelang, 60 produsen data aktif dalam program Satu Data Indonesia. Indek Kebahagaan Masyarakat berdasarkan Survai Pengukuran Tingkat Kebahagiaan (SPTK24) adalah 79,99 dengan data mikro ditingkat rumah tangga. Infrastruktur kelembagaan ini menjadi dasar yang sangat penting untuk menciptakan Kota Magelang sebagai Model Berbasis data (outcome 5), serta mendorong Indikator Pembangunan yang Terukur dan Partisipatif (outcome 4).

Infrastruktur Teknologi.
Kota Magelang memiliki infrastruktur Teknologi Portal DataGO dan Geoportal Kota Magelang, Juga memiliki Aplikasi “Magelang Cerdas” yang melayani masyarakat dengan data real-time. Infrastruktur yang telah dimiliki ini, memungkinkan penyajian layanan publik yang transparan dan efisien (outcome 2) dan menjadi jembatan untuk mendorong partisipasi warga secara aktif (outcome 3). Jadi, dengan sumberdaya tersebut, Kota Magelang memiliki modal yang kuat untuk bertransformasi menjadi Kota berbasis data yang cerdas dan berdaya saing. Yang diperlukan adalah orkestrasi strategis – menghubungkan semua sumber daya yang ada, dengan arah kebijakan yang presisi, dan berorientasi pada dampak nyata bagi masyarakat.



Effects (Dampak Positif yang Diharapkan)
Implementasi pembangunan berbasis data memberikan solusi-solusi yang berdampak sistemik dan berjangka panjang yang menyentuh seluruh dimensi kehidupan masyarakat Kota Magelang. Dampak ini bukan sekedar perubahan di tataran birokrasi, namun juga transformasi budaya tata kelola dan cara pandang masyarakat terhadap pembangunan itu sendiri. Uraian berikut ini, adalah beberapa dampak jangka panjang yang diharapkan dari penerapan strategi ini:

1.  Terwujudnya Tata Kelola Pemerintahan yang Modern dan Adaptif.
Pemerintah tidak lagi bekerja secara reaktif, melainkan proaktif dan prediktif. Data digunakan sebagai alarm dini (early warning system) dan peta jalan (roadmap) dalam mengambil kebijakan, mencegah krisis, dan merespon dinamika masyarakat secara cepat dan akurat.


2.  Masyarakat Cerdas, partisipatif dan Melek Data
Dalam jangka panjang, warga Kota Magelang akan tumbuh menjadi masyarakat yang kritis, kolaboratif, dan teredukasi seara data. Ini membentuk pola hubungan antara pemerintah dan masyarakat menjadi lebih transparan, terbuka dan saling percaya.


3.  Lingkungan Sosial –Ekonomi yang Inklusif dan Resilien
Keputusan yang akurat menciptakan distribusi sumber daya yang adil dan merata, sehingga kesenjangan sosial dapat dieliminasi. Kelompok rentan tidak lagi tersisihkan karena kebijakan menyasar mereka berdasarkan bukti data yang jelas.


4.  Peningkatan Reputasi Kota Magelang di Tingkat Nasional
Kota Magelang dapat dikenal sebagai “Smart Mid-Sized City” yang menginspirasi daerah lain dengan praktik pembangunan berbasis data. Hal ini akan membuka peluang kolaborasi, investasi, dan pengakuan dari berbagai pihak.


5.  Budaya Evaluasi dan Perbaikan Berkelanjutan
Setiap kebijakan dan program dievaluasi secara berkala berdasarkan hasil nyata dilapangan. Hal ini menciptakan siklus perbaikan yang konsisten dan adaptif terhadap perkembangan jaman. Transformasi berbasis data bukan sekedar mengandalkan teknologi, tetapi juga menciptakan ekosistem pembelajaran kolektif. Dampak jangka panjang ini, dapat terwujud bila seluruh pemangku kepentingan berkomitmen untuk konsisten, terbuka terhadap perubahan, dan berani mengambil keputusan berdasarkan data - bukan sekedar intuisi dan kebiasaan saja.



Rekomendasi Strategis
Berikut ini disajikan 6 rekomendasi dari hasil analisis SCORE pattern untuk membangun Kota Magelang berbasis data yang dimaksut: 
1.  Bangun Dashboard Kota Terpadu.
Membangun satu Dashboarddigital terpadu. Dashboard ini dapat diakses oleh masyarakat melalui portal resmi pemerintah kota secara interaktif, real-time dan visual.

2.  Pelatihan literasi Data untuk ASN dan Warga Masyarakat
Pemerintah kota memfasilitasi pelatihan literasi data, baik untuk Aparatur Sipil Negara (ASN) maupun warga masyarakat. Hal ini berguna untuk menciptakan ekosistem warga yang melek data dan proaktif dalam pembangunan.

3.  Pemetaan Potensi Kelurahan secara Mikro
Pemerintah Kota Magelang melakukan pemetaan mikro terhadap potensi dan permasalahan ditingkat kelurahan.berdasar indikator sosial, ekonomi, demografi, pendidikan, spasial dan lingkungan. Data tersebut diolah menjadi profil kelurahan berbasis bukti data yang dapat diberdayakan untuk dijadikan dasar intervensi pembangunan. Dengan demikian penyaluran program pembangunan lebih merata dan efektif sesuai kebutuhan lokal.

4.  Forum Publik dan Survei Kebahagiaan Tahunan
Pemerintah Kota Magelang mengadakan Survei Pengalaman Tinggal di Kota (SPTK) secara rutin setiap tahun. Juga, membentuk Forum dialog Publik guna membahas hasil survey tersebut bersama warga, akademisi dan pembuat kebijakan. Hal ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan kepercayaan publik terhadap pemerintah dan partisipasi warga masyarakat.

5.  Kemitran dengan Universitas dan Komunitas Data
Pemerintah Kota menjalin kemitraan strategis dengan Universitas dan Komunitas Digital local untuk mengembangkan visualisasi data, riset kebijakan, serta analisis data berbasis Atificial Intelligence (AI) atau Machine Learning. Hal ini akan melahirkan solusi cerdas, cepat, dan orientasi berkebutuhan warga masyarakat.

6.  Regulasi Perlindungan dan Etika Data
Pemerintah Kota Magelang merumuskan dan menetapkan regulasi perlindungan data pribadi dan etika penggunaan data publik, Perumusan dan penetapan regulasi ini dilandasi prinsip-prisip anonimitas, transparansi, akuntabilitas, dan keamanan digital. Dampak dari hal ini, Kota Magelang menjadi percontohan dalam tatakelola data yang etis dan aman.

 
Rekomendasi strategis ini, disamping teknokratis, juga menempatkan manusia sebagai pusat data – bukan sekedar angka, melainka juga suara, harapan, dan martabat waga kota. Dalam pembangunan, Kota Magelang - sudah saatnya - meninggalkan cara-cara konvensional yang terpisah pisah antara data dan tindakan, antara perencanan dan perasaan warga, antara satistik dan suara hati. Melalui pelaksanaan rekomendasi strategis yang telah diformulasikan – seperti uraian diatas – Kota Magelang memiliki peluang besar untuk menjadi model Kota kecil dengan semangat besar untuk memajukan warga masyarakatnya