Di Antara Angka Dan Nyawa

Tuesday 2nd of September 2025 12:00:00 AM

Oleh: Ari Susilowati, S.Si.,M.Biomed (Akademi Kesehatan dr. Soedjono Magelang)


Di deretan bukit dan pemandangan yang tenang di Kota Magelang, ada cerita yang tidak selalu terdengar di Masyarakat. Cerita seorang ibu yang mengalami kesulitan saat melahirkan, atau masalah vaksin yang belum terlaksana, masalah kebersihan lingkungan rumah dan lain sebagainya. Ditengah pemilihan kepala daerah, pembuatan Rencana Strategis (RESTRA) daerah, peningkatan program pemerataan fasilitas kesehatan, ada pertanyaan yang mengukir di kepala seorang Ibu, apa hasil pembangunan di daerahnya bisa dirasakan anak-anaknya kelak?


Seperti yang telah di ketahui bersama, bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Magelang Tahun 2025 tercatat sebesar Rp1,154 triliun, dengan alokasi belanja kesehatan mencapai Rp463,6 miliar atau sekitar 42,5 % dari total belanja sosial (Peraturan Walikota Magelang No. 3 Tahun 2025). Sungguh nominal yang tidak sedikit, namun ketika anggaran ini diperjelas, ada hal yang mengejutkan, ada pengadaan dana kesehatan yang belum seimbang. Setelah di telaah, rasio tenaga kesehatan terdapat angka 24,79 per 10.000 penduduk, jumlah dokter spesialis tercatat 136 orang, dan pegawai Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) hanya 13 orang. Disisi lain, Posyandu aktif tercatat 190 unit (Harian Merah Putih, 2025) dari total 199, dan lima Puskesmas telah terakreditasi nasional (Datago Kota Magelang, 2024).


Indikator kesehatan ibu dan anak menunjukkan angka yang naik turun.  Angka kematian ibu (AKI) dari 141,84 per 100.000 kelahiran hidup pada 2021 menurun menjadi 82,92 pada 2022, dan naik  98,52 pada  2024 (Data TPB Kota Magelang, 2024). Angka kematian bayi (AKB) menunjukkan 15,60 menjadi 8,29 per 1.000 kelahiran hidup. Jumlah ibu bersalin dibantu tenaga kesehatan 1.409 orang, namun terdapat komplikasi kebidanan 492 (Datago Kota Magelang, 2024). Data menunjukkan 97 ibu hamil dengan Kurang Energi Kronik (KEK) yang menerima bantuan berupa penambahan gizi(Datago Kota Magelang, 2024). 


Jumlah imunisasi dasar lengkap usia 12–23 bulan mencapai 103,19 %, tetapi angka pemberian ASI eksklusif menunjukkan angka 59,60 % pada 2021 turun ke 35,52 % pada 2022, lalu naik menjadi 78,30 % pada 2024 (Datago Kota Magelang, 2024). . Angka bayi  yang mendapat ASI eksklusif pada usia kurang 6 bulan sebanyak 2.562 balita. Prevalensi stunting, 8,34 % naik menjadi 10,34 % pada 2024 (gambar 1).  Prevalensi wasting dari 1,77 % menjadi 5,50 % pada 2023, menurun ke 4,80 pada 2024  (Datago Kota Magelang, 2024).


Sanitasi dan penyediaan air bersih menjadi masalah pelik. Terdapat 0,57 % rumah tangga yang terlayani sistem pengelolaan lumpur tinja (Datago Kota Magelang, 2024).  Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Terpusat (SPALD-T) menjangkau 2.676 rumah penduduk, dan SPALD Setempat (SPALD-S) hanya 1.378 (Datago Kota Magelang, 2024).   Mengingat SPALD bagian dari pelayanan dasar yang wajib disediakan oleh pemerintah daerah sesuai amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dan Peraturan Menteri PUPR Nomor 4 Tahun 2017 (Data TPB Kota Magelang, 2024). Air bersih dapat mengurangi stunting dengan sangat signifikan (Susilowati, 2024). Pada tahun 2045, kebutuhan air maksimum untuk Kecamatan Magelang Selatan sebesar 4,69 liter/detik; Kecamatan Magelang Tengah sebesar 5,19 liter/detik; dan Kecamatan Magelang Utara sebesar 4,36 liter/detik. Dari ketiga kecamatan tersebut, sampai tahun 2045 kapasitas produksi pada Kecamatan Magelang Selatan dan Kecamatan Magelang Utara masih mampu memenuhi kebutuhan (Bappeda Kota Magelang, 2024). Namun, akses bukan hanya soal ketersediaan fasilitas. Statistik menunjukkan bahwa kelompok rentan, terutama lansia, penyandang disabilitas, dan masyarakat berpenghasilan rendah masih menghadapi hambatan dalam mengakses layanan berkualitas. Ini tercermin dari angka kunjungan ke fasilitas kesehatan yang lebih rendah di kelompok tersebut, serta prevalensi penyakit kronis yang lebih tinggi.


Salah satu isu krusial yang terus menjadi perhatian adalah stunting. Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, prevalensi stunting di Kota Magelang berada di kisaran 18–20%, sedikit di bawah rata-rata nasional namun tetap mengkhawatirkan. Angka ini menunjukkan bahwa hampir satu dari lima anak balita mengalami gangguan pertumbuhan akibat kekurangan gizi kronis. Mengatasi masalah kesehatan yang memerlukan banyak sinergi dari berbagai sektor, pembelajaran dini tentang kesehatan ibu dan anak dapat dimulai dari level sekolah dasar, posyandu dan kegiatan PKK. Tanggung jawab kesehatan sebuah keluarga tidak hanya ada di tangan seorang ibu,  kepala rumah tangga juga wajib memberi peran agar tercipta keluarga yang sehat. Penggalakan kegiatan posyandu perlu kembali disosialisasikan. Sebuah penelitian oleh Sekarini et al. (2024) menemukan bahwa Posyandu memiliki potensi besar untuk mengidentifikasi stunting dan mendukung pertumbuhan anak.


Gambar 1. Angka Stunting dan masalah lain di Kota Magelang


Kota Magelang memiliki letak sangat strategis yang berada di dua ibukota provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini dapat memperkuat peningkatan sektor Pendidikan Tinggi, khususnya Sekolah Kesehatan.  Pemerintah Kota Magelang wajib memperkuat kemitraan lintas sektor. Kerjasama dengan Badan Statistik untuk memetakan daerah yang masih rawan stunting, wasting dan kematian ibu melahirkan perlu ditingkatkan. Kerjasama dengan tenaga ahli yang melek teknologi dapat  mengurangi wanita hamil berisiko tinggi. WHO Indonesia (2025) menekankan pentingnya penguatan sistem data kesehatan di tingkat kabupaten/kota untuk mendukung alokasi anggaran yang lebih tepat sasaran. Dalam pendataan statistik, ada sebuah aspek yang terkadang menjadi titik tak terlihat, yakni kesehatan mental. Di Kota Magelang, data resmi tentang prevalensi gangguan mental masih terbatas. Meskipun demikian, laporan dari rumah sakit dan juga puskesmas menunjukkan adanya peningkatan gangguan kecemasan, depresi dan stres pasca pandemi yang terjadi di usia remaja dan lansia.  Tenaga psikolog klinis dan psikiater yang tidak mudah diakses menjadikan penanganan Kesehatan mental memiliki tantangan tersendiri. Perlunya sebuah gebrakan seperti promosi dan tindakan pencegahan yang dapat berupa konseling remaja, edukasi di level Sekolah dan pelatihan kader yang memiliki kemampuan penanganan Kesehatan mental sangat diperlukan dalam pencegahan tahap awal. Pencatatan data statistik, terutaman kesehatan mental perlu menjadi perhatian serius. Dalam Pembangunan Kesehatan transparansi anggaran sangat  penting. Masyarakat berhak mengetahui pengalokasian anggaran belanja daerah. Pemerintah daerah  wajib memberikan informasi secara terbuka soal penggunaan anggaran, sehingga tercipta sinergi kepercayaan antara masyarakat dan Pemerintah Kota.


Kota Magelang penuh sumber daya alam dan manusia, dapat dikatakan kota ini penuh potensi. Namun pemerataan anggaran kesehatan hingga ke akar, kerjasama di bidang pendidikan seperti sekolah Kesehatan perlu ditingkatkan. Badan Statistik memegang peran sangat penting dalam mengatasi masalah kesehatan di Kota Magelang. Data akurat dapat memprediksi dan memproyeksi keberhasilan Pembangunan, khususnya dibidang Kesehatan. Penilaian data yang akuat dan transparansi anggaran dalam penyusunan program peningkatan Kesehatan masyarakat di Kota Magelang akan menjadi dua kekuatan yang saling menguatkan untuk mewujudkan Kota Magelang yang penuh HARAPAN (Hidup Aman, Rapi, Asri, dan Nyaman).