Dari Big Data Menuju Big Impact: Menangkap Masa Emas, Menjaga Usia Senja

Monday 8th of September 2025 12:00:00 AM

Ole: Agustini, P.  (Polteknik Statistika STIS)


Kota Magelang kini sedang dihadapkan pada tantangan ganda yang unik berkaitan dengan momen krusial demografi. Saat ini, Kota Magelang sedang mengalami masa bonus demografi. Bonus demografi adalah fenomena dimana jumlah penduduk usia produktif  (15 – 64 tahun) lebih besar daripada penduduk usia non produktif (14 tahun ke bawah dan 65 tahun ke atas). Bonus demografi berpotensi terjadi apabila populasi orang muda meningkat, tetapi pada waktu yang bersamaan tingkat kesuburan menurun.



Tingkat kelahiran yang sedikit setiap tahun akan menyebabkan populasi usia produktif justru tumbuh relatif lebih besar dibandingkan populasi usia tidak produktif. Kondisi tersebut akan membawa dampak positif berupa penurunan rasio ketergantungan, yaitu perbandingan antara jumlah penduduk usia non produktif dibagi dengan jumlah penduduk usia produktif. Berdasarkan data dari portal open data Kota Magelang, rasio ketergantungan Kota Magelang pada tahun 2000 sebesar 49,06. Seiring berganti tahun, angka tersebut terus menurun hingga semester I tahun 2025 mencapai 41,06. Artinya, di antara 100 penduduk Kota Magelang, terdapat 41 penduduk tidak produktif yang ditanggung oleh 59 penduduk produktif lainnya. Grafik berikut menunjukkan rasio ketergantungan penduduk usia non produktif terhadap usia produktif di Kota Magelang dari tahun 2021 hingga 2025. Terlihat bahwa tren rasio ketergantungan Kota Magelang cenderung menurun, sesekali terlihat meningkat tetapi peningkatannya tidak terlalu tajam.


Grafik Perkembangan Rasio Ketergantungan Penduduk Usia Non Produktif terhadap Penduduk Usia Produktif di Kota Magelang tahun 2021 – 2025

*Rasio ketergantungan hanya pada Semester I (6 bulan pertama tahun 2025) Sumber: Portal Data Terbuka Kota Magelang



Melimpahnya populasi penduduk usia produktif saat ini, perlahan akan bergeser menuju penduduk lansia non produktif (usia 65+ tahun), fenomena ini disebut proses penuaan penduduk atau ageing population. Oleh sebab itu, tahun 2045 mendatang, diperkirakan kelompok lansia non produktif akan mendominasi struktur penduduk Kota Magelang. Bonus demografi berpeluang berubah menjadi beban demografi apabila tidak dipersiapkan secara matang.  Problematika kependudukan yang dihadapi oleh Kota Magelang pada masa bonus demografi dengan era ageing population akan sangat berbeda. Saat masa bonus demografi, tenaga kerja cenderung melimpah, sehingga diperlukan kebijakan dan pengelolaan yang baik agar limpahan tenaga kerja tersebut dapat mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Sebaliknya, pada era penuaan penduduk mendatang, tenaga kerja akan terbatas. Selain itu, dibutuhkan kebijakan-kebijakan dan layanan sosial khusus untuk lansia. Lalu, apa yang perlu kita lakukan untuk menghadapi dua arus berlawanan tersebut?



Teknologi kian berkembang semakin cepat hingga membawa perubahan yang signifikan pada seluruh bidang pembangunan. Teknologi tidak terlepas dari kehidupan masyarakat sehari-hari seperti jual beli online, interaksi orang-orang di media sosial, pemanfaatan peta online dengan Internet of Things (IoT), penggunaan teknologi cloud untuk penyimpanan media, penggunaan sensor pada CCTV, dan lain sebagainya. Penggunaan teknologi-teknologi itu akan menghasilkan data secara instan atau real time. Data yang muncul secara real time dan tidak terbatas waktu akan terus terkumpul hingga memiliki volume yang besar dan dikenal dengan istilah big data. Menurut konsep dan definisi di bidang teknologi, big data adalah data yang berukuran besar dan kompleks, memiliki variasi jenis data, serta dihasilkan secara cepat dari berbagai sumber. Big data berperan strategis dalam menentukan langkah-langkah untuk menghadapi kondisi bonus demografi sekaligus ageing population.



Big data dapat dimanfaatkan oleh semua orang, mulai dari pemerintah, akademisi, hingga masyarakat umum. Pada fenomena bonus demografi, big data dapat dimanfaatkan oleh pemerintah untuk berbagai hal. Salah satunya yaitu perencanaan kebijakan berbasis data yang aktual, contoh riilnya yaitu optimalisasi anggaran untuk usia produktif. Pemanfaatan big data dengan berbagai metode analisis yang tepat, akan menghasilkan insight atau pemahaman bahwa anggaran belanja daerah sebaiknya diarahkan pada sektor-sektor yang paling berdampak bagi generasi produktif, misalnya pendidikan, kesehatan, dan tenaga kerja. Big data juga dapat digunakan untuk memetakan kebutuhan tenaga kerja, distribusi demografi, hingga potensi ekonomi di Kota Magelang. Selanjutnya, program-program yang dijalankan oleh pemerintah, dapat dimonitor efektivitasnya dengan big data.



Akademisi dapat ikut andil dalam menyambut bonus demografi melalui pemanfaatan big data. Mereka bisa memperkaya riset atau penelitian terkait bonus demografi berbasis big data. Para akademisi diharapkan mampu mengembangkan metode-metode baru untuk menganalisis berbagai fenomena demografi seperti tren kependudukan dan pasar kerja. Hasil-hasil penelitian oleh akademisi tersebut, selanjutnya dijadikan sebagai bahan dukung atau masukan bagi pemerintah untuk membuat kebijakan publik serta bagi industri untuk membuat inovasi sektor swasta. Akademisi juga berperan memberikan edukasi sekaligus pelatihan atau praktik kepada generasi muda terkait pemanfaatan dan penggunaan big data. Hal tersebut agar masyarakat terbiasa menggunakan big data, teknologi, serta siap memasuki era ekonomi digital.



Masyarakat generasi produktif yang telah di-support oleh pemerintah sekaligus akademisi, tidak boleh hanya pasrah begitu saja menyambut bonus demografi. Melainkan, masyarakat juga dapat menggunakan big data untuk berbagai manfaat. Contoh nyatanya yaitu, dengan big data, masyarakat dapat memantau tren lapangan kerja atau peluang usaha dari portal data terbuka pemerintah Kota Magelang. Masyarakat juga dapat melihat tren kebutuhan industri, sehingga generasi muda dapat meningkatkan keterampilan sesuai dengan kebutuhan pasar. Bagi generasi muda yang ingin membuka usaha, dapat memanfaatkan big data untuk menciptakan usaha baru dengan adopsi ekonomi digital.



Selain dimanfaatkan dalam menyambut bonus demografi, big data juga berperan dalam menyongsong era penuaan penduduk. Dengan big data, pemerintah dapat memetakan kebutuhan lansia di Kota Magelang. Hasil pemetaan tersebut, selanjutnya digunakan untuk memperkuat prioritas pembangunan yang berkaitan dengan kehidupan lansia, misalnya pembaruan sarana prasarana atau penambahan caregiver (pengasuh lansia) di rumah singgah lansia atau panti wreda. Selain itu, big data dapat digunakan untuk membangun layanan kesehatan lansia yang lebih maju dan terintegrasi. Melalui kerja sama antara pemerintah daerah dengan dinas kesehatan, big data kesehatan dimanfaatkan untuk memetakan pola penyakit degeneratif, kebutuhan obat, hingga kebutuhan fasilitas kesehatan untuk lansia. Kesehatan lansia perlu diperhatikan mengingat lansia merupakan kelompok yang rentan terkena penyakit akibat faktor usia.



Bagi akademisi, big data merupakan harta karun yang dapat digunakan untuk melakukan analisis dan riset terkait lansia. Lansia merupakan kelompok yang rentan akan masalah baik dari segi kesehatan, sosial, ekonomi, dan lainnya. Dengan big data, para akademisi dapat meneliti pola gaya hidup lansia di Kota Magelang. Akademisi juga dapat melakukan riset mengenai dampak ageing population, produktivitas lansia, hingga bisa melakukan prediksi kesiapan pemerintah daerah dalam menyambut era penuaan penduduk.



Kerja sama antara pemangku kepentingan (stakeholder) untuk memanfaatkan big data perlu dilakukan. Salah satu contohnya kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan swasta dalam menciptakan aplikasi khusus lansia. Produk aplikasi tersebut dibangun dengan berbasis big data dan mengoptimalkan penggunaan Artificial Intelligence (AI) serta Internet of Things (IoT). Di dalam aplikasi tersebut, nantinya dapat disajikan fitur kanal informasi bagi lansia, pemantauan kesehatan lansia, sensor pergerakan lansia, dan fitur-fitur lainnya. Aplikasi tersebut juga tidak hanya dioperasikan oleh lansia, melainkan dapat dioperasikan oleh caregiver dan keluarga lansia. Saat ini, sudah banyak sekali aplikasi khusus lansia yang telah dibangun, baik oleh akademisi ataupun pemerintah, antara lain GoLantang yang dikembangkan oleh BKKBN, Tech-Care Lansia yang dibangun oleh Telkom University, Aplikasi Smart Lansia Indonesia (ASLI) hasil kolaborasi RSCM dengan IMERI FKUI, dan sebagainya. Namun, di Kota Magelang sendiri belum ada aplikasi sejenis dan belum banyak lansia yang memanfaatkan keberadaan aplikasi tersebut. Selain itu, aplikasi-aplikasi yang telah disebutkan di atas, belum berbasis big data. Oleh karena itu, peluang dan kesempatan ini dapat dimanfaatkan oleh Kota Magelang untuk menyambut limpahan lansia di masa mendatang.



Masih dalam konteks ageing population, big data dapat dimanfaatkan untuk membuka kesempatan usaha baru bagi masyarakat. Generasi muda bisa menggunakan big data untuk menciptakan produk-produk kebutuhan lansia, misalnya barang-barang travel khusus lansia, peralatan yang mendukung pergerakan lansia, dan sebagainya. Dengan big data, masyarakat juga dapat membentuk komunitas atau volunteer yang berfokus pada pelayanan lansia, contohnya program sosial antikesepian bagi lansia. Begitu banyak peran big data yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat, khususnya dalam hal ini ialah di Kota Magelang. Namun, perlu dipahami juga bahwa big data tidak semena-mena digunakan begitu saja, melainkan diperlukan berbagai dukungan. Lantas, bagaimana kah strategi yang sebaiknya dilakukan Pemerintah Kota Magelang agar pemanfaatan big data lebih optimal?



Kota Magelang dapat menerapkan beberapa strategi agar pemanfaatan big data untuk kesejahteraan daerah lebih optimal. Pertama, pemerintah perlu melakukan penguatan pendidikan karakter dan literasi digital dengan membakali generasi muda berupa softskill berbasis digital. Indeks Masyarakat Digital Kota Magelang tahun 2024 sebesar 48,41 dan masuk dalam klasifikasi tinggi. Artinya, ada peluang besar untuk lebih meningkatkan angka tersebut. Pemerintah juga dapat meningkatkan pendidikan vokasional berbasis keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan industri masa kini. Kedua, pemerintah dan swasta perlu mengembangkan sektor ekonomi baru yang mendukung ekonomi kreatif, memanfaatkan teknologi, dan startup berbasis digital. Selain itu, perlu dilakukan dukungan kepada usaha mikro, kecil, dan menengah untuk menyerap tenaga kerja lokal. Ketiga, pemerintah juga perlu meningkatkan akses layanan kesehatan yang berkualitas untuk menjamin masyarakat mendapat kemudahan pelayanan kesehatan. Kesehatan sangatlah penting, baik pada masa bonus demografi, maupun di era ageing population. Keempat, diperlukan penguatan kebijakan dan tata kelola perencanaan demografi. Untuk menjalankan keempat strategi tersebut, diperlukan strategi kelima yang tidak kalah penting yaitu mempercepat pembangunan infrastruktur fisik dan digital di Kota Magelang. Hal ini bertujuan untuk memastikan aksesibilitas dan konektivitas di seluruh wilayah Kota Magelang setara dan tidak timpang, sehingga pemanfaatan big data untuk kesejahteraan masyarakat Kota Magelang lebih optimal.



Bonus demografi adalah masa emas, sementara ageing population adalah masa senja. Big data hadir sebagai jembatan untuk mengoptimalkan peluang dari keduanya. Dengan big data, Kota Magelang mampu menangkap peluang emas bonus demografi sekaligus menyiapkan jaring pengaman bagi limpahan lansia di masa depan. Dari data, lahir kebijakan. Dari kebijakan, lahir kesejahteraan. Dari kesejahteraan, lahir Kota Magelang yang tangguh di setiap fase demografi.